10, Jul 2022
Monumen Radio Rimba Raya

Monumen Radio Rimba RayaRadio merupakan sarana hiburan bagi masyarakat yang hanya bisa didengarkan tanpa bisa dilihat. Dari waktu ke waktu, radio dapat diputar secara langsung ataupun melalui online. Pada zaman dahulu, radio digunakan untuk memberikan informasi penting. Salah satunya Radio Rimba Raya.

Peran Radio Rimba Raya

Monumen Radio Rimba Raya merupakan tempat bersejarah untuk menyimpan peninggalan Radio Republik Indonesia. Dahulu radio ini disiarkan dari dataran tinggi Gayo. Stasion radio ini berkekuatan 1 KW dengan frekwensi 19,25 dan 61 meter.

Panggilan sinyal dari radio ini adalah “Suara Radio Republik Indonesia”, “Suara Indonesia Merdeka”, “Radio Rimba Raya”, “ Radio Divisi X”, dan “Radio Republik Indonesia.Radio Rimba Raya memiliki peran penting dalam keberlangsungan pemarintah Indonesia. Radio ini merupakan satu-satunya siaran darurat yang menyampaikan berita atau pesan-pesan perjuangan dalam mempertahankan Indonesia.

Pada saat itu Belanda menguasai wilayah Indonesia. Kemudian radio Hilversum milik Belanda mengumumkan kepada seluruh dunia bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi. Dengan nada yang sedikit sayup, Radio Rimba Raya mengabarkan bahwa Indonesia tidak musnah, dengan kata lain masih ada.

Berita tersebut terdengar dengan jelas oleh sejumlah radio dari Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Australia, dan Eropa. Setelah mendengar kabar tersebut, banyak yang mengaku bahwa Indonesia suah merdeka. Pemerintah Belanda pun akhirnya merasa tertampar dengan berita tersebut.

Kemudian pada 27 Desember 1949 radio tersebut terus mengumumkan perkembangan Indonesia. Salah satunya pengakuan kedaulatan RI sebagai hasil konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Setelah Indonesia merdeka dan diketahui oleh dunia, Radio Rimba Raya dikenang dengan didirikannya monumen bersejarah Tugu Rimba Raya.

Semua perangkat radio ini diletakkan di bagian sudut ruang Museum Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat di Yogyakarta. Radionya kini menjadi sebuah kenangan sejarah yang diletakkan di desa Rimba Raya Kecamatan Timang Gajah.

Sejarah Radio Rimba Raya

 

Awal mula adanya perangkat radio rimba raya ini berawal dari ketika ada seorang tentara Divisi Gajah 1 membelinya dari Raja penyelundup Asia Tenggara yang bernama John Lie. Ia membeli saat menjelang Agresi Militer Belanda 1 pada Juli 1947 di Malaya.

John Lie menggunakan dua buah speedboat untuk mengantarkan perangkat penyiaran dari Malaya ke Aceh. Speedboat yang pertama berisi bahan makanan dan kelontong. Sedangkan Speedboat yang lain dipakai untuk meletakkan seperangkat radio.

Perjalanan menuju Aceh tidak begitu lancar. Sebab di tengah jalan ada orang yang curiga dengan yang dibawa oleh John Lie yakni patroli laut Belanda. Karena takut barangnya disita, maka Lie mendorong speedboat yang berisi makanan dan kelontong tersebut sampai melaju dengan kencang.

Akhirnya patroli Belanda merasa terpancing dan mengejar speedboat yang melaju tersebut. Akhirnya John Lie berhasil membawa alat pemancar suara tersebut sampai pantai Sumatera dan akhirnya mendarat di Sungai Yu, Aceh Timur. Sampai di Aceh, radio rimba raya dibawa ke Bireuen.

Setelah berbulan-bulan perangkat tersebut dipindahkan ke Koetaradja agar suara siaran dapat meluas. Pada akhir tahun 1948, pemancar tersebut dipasang di kawasan pegunungan banda Aceh bagian selatan. Adapun studio siaran tersebut diletakkan di rumah peninggalan Belanda Peunayong.

Pada akhirnya radio rimba raya mulai mengudara di dataran tinggi gayo, Aceh. Selain menyiarkan berita tentang Republik Indonesia, radio ini juga mendendangkan nyanyian semangat yang membara untuk para pejuang. Bukan hanya itu saja, radio ini digunakan untuk sarana komunikasi dengan perwakilan republik India.