Sejarah Museum Radio Antik di Bandung
Sejarah Museum Radio Antik di Bandung – Bentuk dari radio zaman dulu memiliki ukuran yang tidak terlalu menarik seperti kehadiran radio saat ini. Akan tetapi, tidak mengurangi fungsi dari radio yang digunakan dalam memberikan siaran informasi khusus hiburan dan berita dengan bentuk yang beragam.
Museum radio membawa sejarah panjang hingga memperlihatkan perjalanan radio dalam menyampaikan informasi. Salah satunya dari peninggalan museum radio antik sebagai bukti sejarah yang berada di kota Bandung.
Perkembangan Museum di Bandung
Sejarah dari perkembangan radio menghadirkan merek Philips sebagai dominasi radio yang telah diproduksi di Indonesia dengan pabrikannya asal Belanda. Dalam hal ini, dituliskan adanya konstruksi pada pemancar radio gelombang yaitu Long Wave yang dibangun di Malabar Bandung tahun 1917.
Setelah dilakukan pengujian, sejak Oktober 1922 telah terjadi komunikasi pertama kalinya antara Hindia Belanda dan Nederlands. Pendirian radio pertama kalinya dipimpin oleh seorang teknisi Belanda yaitu Cornelius Johannes de Groot. Ia mencapai keberhasilannya dalam memimpin keseluruhan proses pembangunan sampai akhir di tahap peresmian yang dilakukan pada 5 Mei 1923. Peresmian pembangunan radio ini dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Dirk Fock. Kemudian, keberadaan dari radio Malabar melakukan pembukaan jasa komunikasi untuk umum yang ditujukan terhadap warga Belanda di Indonesia. Lalu, membuat ide dengan ungkapan yang cukup terkenal yaitu Hallo Bandung.
Sejarah radio mengalami perjalanan yang cukup panjang sehingga tidak heran jika diabadikan di dalam museum. Radio menjadi pemancar ark yang kuat di dunia.
Stasiun untuk radio ini sudah dilengkapi peralatan khususnya pemancar buatan dari telefunken yang dihadirkan oleh Jerman dan memiliki kekuatan daya hingga 3,5 megawatt. Kemampuan yang dimiliki oleh radio Malabar memberikan kemudahan dalam menjalin komunikasi ke Belanda.
Jenis komunikasi yang dilakukan menggunakan komunikasi nirkabel pertama kalinya di tahun 1917 yang bagus di dunia. Sehingga kemampuannya sendiri mampu menjangkau jarak antara dunia yang dilakukan Indonesia dan Belanda. Padahal, untuk jarak antara dua negara tersebut melebihi 12.000 km. Radio Malabar diresmikan untuk beroperasi sejak 5 Mei 1923.
Sejak inilah, menjadi awal dorongan baru atas perkembangan dari produksi rakitan radio yang dilakukan di Indonesia dan Belanda di tahun 1926 dan 1928. Setelahnya, muncul adanya beberapa produk yang diperjualkan ke Indonesia diantaranya Radio Goldberg, Nova, NSF, Java Radio dan yang lainnya. Akan tetapi, lebih banyak dilakukan ekspor Philips yang menghadirkan tipe 2802. Di tahun 1927 terdapat radio penyiaran Philips yang mulai menghadirkan konten hiburan dan informasi dari Nederlands untuk didengarkan oleh masyarakat di Indonesia.
Menariknya, Ratu Wilhelmina menyiarkan secara langsung melalui radio yang tersedia. Hingga pada akhirnya, Philips telah menguasai pasar untuk ketersediaan informasi melalui radio di Indonesia pada saat itu. Adanya berbagai macam pilihan tipe, hadirnya radio yang memiliki ukuran besar dijadikan sebagai koleksi untuk warga Belanda di Indonesia hingga orang-orang kaya. Pada saat Jepang memiliki kekuasaan di Indonesia, kegiatan impor radio dihentikan sejak tahun 1941.
Produksi Philips juga dihentikan sesudah Belanda melakukan penguasaan terhadap Jerman. Akan tetapi, Philips melakukan hal secara sembunyi untuk menghadirkan radio yang ukurannya lebih kecil dengan tipe 208U ditambahkan dengan lampu penerang.
Pada saat perang dunia telah berakhir, Philips kembali lagi dengan melakukan produksi radio pada selembaran papan yang mempunyai satu band di tahun 1947. Ketika terjadi perang kemerdekaan yang dilakukan oleh pejuang Indonesia, adanya radio ini dijadikan sebagai alat koordinasi dalam menunjang kegiatan pertempuran.
Selain itu, juga berfungsi dalam menerima perintah yang diberikan oleh Jenderal Soedirman. Jenderal ini memanfaatkan radio Philips Kompas BX376 A yang merupakan radio ikonik dengan ukuran fleksibel untuk dibawa ke mana saja.
Soedirman juga menggunakan radio yang difungsikan untuk melakukan pemantauan guna melihat kondisi politik dan meluaskan informasi secara detail terkait pendidikan di Indonesia. Sampai saatnya Indonesia telah merdeka, untuk merk Philips masih banyak diminati oleh kalangan masyarakat sebagai radio yang menawarkan kualitas terbaik dan tidak heran jika di museumkan sebagai kenangan.
Radio Buatan Indonesia
Museum radio tentunya memiliki radio tertua yang berhasil dibuat oleh orang Indonesia. Radio tersebut yaitu radio Philips dengan proses pembuatannya dilakukan di tahun 1938.
Para pengunjung yang datang ke museum dapat menyaksikan adanya radio buatan Indonesia di tahun 1950. Hadirnya radio buatan Indonesia sebagai bentuk atraksi yang banyak digandrungi oleh kalangan pengunjung.
Radio yang dihadirkan sangat mirip dengan radio yang telah digunakan oleh Jenderal Soedirman saat terjadi perang Gerilya. Radio Rallin yang dibuat oleh orang Indonesia ini sudah ada sejak tahun 1950.
Tujuan Didirikan Museum Radio Antik
Bagi pegiat radio tentunya dengan mengoleksi radio antik memang memberikan kesan yang berbeda. Di museum radio antik Kota Bandung ini tersedia kumpulan beberapa radio antik yang ditemukan sejak tahun 2015. Tujuan dilakukan koleksi terhadap radio antik dan pendirian museum di kota Bandung. Nantinya, bisa mendukung proses pelestarian sejarah Indonesia dengan melihat kumpulan radio di masa lalu.
Ketika datang ke museum radio antik tidak hanya melakukan kegiatan pengamatan saja, para pengunjung juga bisa menikmati keindahan pemandangan gunung. Museum radio antik ini merupakan salah satu museum pribadi yang dihadirkan oleh seseorang dengan ketersediaan tempat berdiskusi hingga spot foto yang menarik.
Itulah sejarah panjang dari perkembangan radio di kota Bandung. Dari sejarah radio menghadirkan museum pribadi radio antik di kota Bandung yang menyimpan banyak koleksi.